Mengenal Dekat Ikan Gabus sebagai Sumber Serum Albumin Masa Depan

Ikan gabus dikenal dengan beberapa nama lain, misalnya: haruan, kocolan, bogo, licingan, kutuk/kotes (Jawa), common snakehead (Inggris), ophiocephalus striatus (Latin). Ikan gabus termasuk dalam Filum: Chordata, Kelas: Actinopterygii, Ordo: Perciformes, Famili: Channidae, genus: Channa, Spesies: Channa striata, dengan ciri khas pada kepalanya terdapat rongga-rongga guna menyimpan persediaan udara untuk pernafasan sehingga dapat hidup di air dengan kadar oksigen yang rendah.

Bentuk ikan gabus kepalanya menyerupai ular, Ciri fisiknya, memiliki tubuh sedikit bulat, panjang, bagian punggung cembung, perut rata, dan kepala pipih, sehingga lebih mirip ular. Bagian punggung berwarna hijau kehitaman dan bagian perut putih atau krem. Memang, penampilan ikan gabus mirip ular. Selama ini masyarakat masih memiliki kesan bahwa makan ikan gabus sama halnya memakan ular. Padahal, ikan gabus adalah ikan air tawar yang bersifat karnivora Ikan gabus adalah pemakan hewan-hewan lain yang lebih kecil seperti cacing, katak, anak-anak ikan, udang, insekta, dan ketam. Ikan gabus bisa mencapai panjang 90-110 cm dan hidupnya di muara-muara sungai, rawa, air payau berkadar garam rendah dan danau-danau, bahkan mampu hidup di air kotor dengan kadar oksigen rendah. Ikan jenis itu banyak dijumpai di perairan umum Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok, Flores, dan Ambon.

Ketika banjir ikan gabus juga bisa hanyut terbawa banjir hingga e parit-parit di sekitar rumah, atau memasuki kolam-kolam pemeliharaan ikan dan menjadi hama yang memangsa ikan-ikan peliharaan di sana. Jika sawah, kolam atau parit mengering, ikan ini akan berupaya pindah ke tempat lain, atau bila terpaksa, akan mengubur diri di dalam lumpur hingga tempat itu kembali berair. Oleh sebab itu ikan gabus acap kali ditemui ‘berjalan’ di daratan, khususnya di malam hari di musim kemarau, mencari tempat lain yang masih berair. Fenomena ini adalah karena ikan gabus memiliki kemampuan bernapas langsung dari udara, dengan menggunakan semacam organ labirin (seperti pada ikan lele atau betok) namun lebih primitif.

Dialah Prof. Dr.Ir.Eddy Suprayitno MS, Guru Besar Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang dalam Rapat Senat Terbuka Tgl 4 Januari 2003. Lebih lanjut melalui dokter bedah Digestif dalam penelitiannya dia telah melakukan verifikasi antara Human Serum Albumin dengan Fish Albumin Ikan Gabus dan terbukti dapat mempercepat penyembuhan luka hingga 30 % (dari rerata 10 hari menjadi 7 hari).
Memang tidak semua orang suka dengan rasa dan bau amis ikan gabus. Hal ini sudah disiasati dengan cara ikan gabus dibuat ekstrak dalam bentuk bubuk lalu dimasukkan ke dalam kapsul. Salah satu kapsul albumin yang terkenal adalah merk chanalbumin. Ikan gabus/ikan kutuk dengan kandungan protein dan albuminnya yang tinggi serta asam amino yang lengkap menyebabkan ikan gabus cocok dikonsumsi pasien luka bakar, pasca operasi atau orang yang dalam masa penyembuhan, orang tua yang fungsi organnya mulai menurun maupun anak-anak yang mengalami malnutrisi (kekurangan gizi). Hasil penelitian juga menegaskan bahwa serum albumin ikan gabus bisa menggantikan serum albumin buatan manusia di masa depan.